TIGA TEORI EFEKTIF MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA DALAM MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN
Di era globalisasi dan revolusi industri 4.0, pendidikan dihadapkan pada
tantangan untuk mempersiapkan peserta didik yang tidak hanya memiliki
pengetahuan akademik, tetapi juga kompetensi yang relevan dengan kebutuhan
dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Kompetensi ini mencakup kemampuan
berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi, yang semuanya menjadi
elemen kunci dalam mencapai tujuan pembelajaran (TP).
Setidaknya ada tiga teori yang dapat ibu/bapak guru gunakan untuk
menurunkan CP menjadi TP, tiga teori tersebut yaitu:
Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom berguna dalam proses perumusan tujuan pembelajaran. Namun
demikian, Taksonomi Bloom ini telah direvisi seiring dengan perkembangan
hasil-hasil penelitian. Anderson dan Krathwohl (2001) mengembangkan taksonomi
berdasarkan Taksonomi Bloom, dan dinilai lebih relevan untuk konteks belajar
saat ini. Anderson dan Krathwohl mengelompokkan kemampuan kognitif menjadi
tahapan-tahapan berikut ini, dengan urutan dari kemampuan yang paling dasar ke yang
paling tinggi sebagai berikut:
- Mengingat (Remembering): Kemampuan mengingat kembali fakta atau gagasan.
- Memahami (Understanding): Kemampuan menerjemahkan konsep, kaidah, atau prinsip.
- Menerapkan (Applying): Kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dalam situasi nyata.
- Menganalisis (Analyzing): Kemampuan memecah informasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan memahami hubungan antara elemen-elemen tersebut.
- Mengevaluasi (Evaluating): Kemampuan menilai informasi atau argumen berdasarkan kriteria tertentu.
- Mengkreasi (Creating): Kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru, seperti merancang, menggabungkan, atau mengembangkan gagasan.
Tighe & Wiggins
Tighe dan Wiggins (2005) tentang enam bentuk pemahaman. Sebagaimana yang
disampaikan dalam penjelasan tentang CP, pemahaman (understanding) adalah
proses berpikir tingkat tinggi, bukan sekadar menggunakan informasi untuk
menjelaskan atau menjawab pertanyaan. Menurut Tighe dan Wiggins, pemahaman
dapat ditunjukkan melalui kombinasi dari enam kemampuan berikut ini:
- Penjelasan (Explanation): Kemampuan untuk menjelaskan suatu konsep atau informasi dengan jelas dan rinci. Ini melibatkan mendeskripsikan ide dengan kata-kata sendiri, membangun hubungan, mendemonstrasikan hasil kerja, menjelaskan alasan, dan menggunakan data.
- Interpretasi (Interpretation): Kemampuan untuk mengartikan atau menafsirkan informasi serta menemukan makna di baliknya. Ini juga berarti memaknai ide, perasaan, atau hasil karya dari satu media ke media lain.
- Aplikasi (Application): Kemampuan untuk menerapkan pengetahuan atau konsep dalam situasi nyata atau konteks yang berbeda.
- Perspektif (Perspective): Kemampuan untuk melihat suatu topik dari sudut pandang yang berbeda atau mempertimbangkan berbagai sudut pandang.
- Empati (Empathy): Kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan, perspektif, atau pengalaman orang lain.
- Pengenalan Diri (Self-knowledge): Memahami diri sendiri secara mendalam, termasuk mengenali kekuatan, area yang perlu diperbaiki, serta proses berpikir dan emosi yang terjadi secara internal.
Marzano.
Taksonomi Marzano membagi proses pembelajaran menjadi enam tingkatan yang
berbeda. Setiap tingkatan menggambarkan pemahaman dan penguasaan yang semakin
kompleks dari materi pembelajaran. Berikut adalah penjelasan mengenai keenam
level Taksonomi Marzano:
- Ingatan (Retrieval): Pada tingkat ini, mengingat kembali informasi dilakukan dalam batas mengidentifikasi sebuah informasi secara umum. Ini mencakup proses pengenalan, mengingat kembali, dan melaksanakan pengetahuan yang umumnya ditemui dalam proses pembelajaran.
- Pemahaman (Comprehension): Fokus pembelajaran pada integrasi dan pembuatan simbol. Di level ini, terdapat penambahan proses yang melambangkan pengetahuan. Selain itu, proses mengintegrasikan dan simbolisasi menjadi dua proses yang saling terkait.
- Analisis: Melibatkan pemahaman yang lebih mendalam, termasuk membuat kesimpulan dari materi pembelajaran. Kemampuan mengeneralisasi informasi baru yang belum diproses oleh seorang dalam kegiatan pembelajaran termasuk di level ini.
- Penggunaan Pengetahuan (Knowledge Utilization): Pada tingkat ini, siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi nyata.
- Spesifikasi (Specification): Melibatkan kemampuan mengidentifikasi dan merinci informasi lebih lanjut, serta menghubungkannya dengan konteks yang relevan.
- Sistem Diri (Metacognitive Self System): Level tertinggi dalam Taksonomi Marzano. Ini mencakup kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan meningkatkan motivasinya dalam belajar.
Demikian ketiga teori yang dapat ibu/bapak guru gunakan dalam merumuskan
tujuan pembelajaran (TP). Dengan menggunakan Taksonomi Bloom yang telah
direvisi oleh Anderson dan Krathwohl, guru dapat memandu siswa melalui tahapan
dari mengingat hingga menciptakan pengetahuan baru, memastikan bahwa setiap
langkah proses belajar memberikan dasar yang kuat untuk pemahaman yang lebih
dalam. Teori Tighe dan Wiggins menambahkan dimensi penting dari pemahaman
melalui enam bentuk, seperti penjelasan, interpretasi, dan empati, yang
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pemahaman
yang mendalam. Sementara itu, Taksonomi Marzano menyediakan kerangka kerja yang
komprehensif untuk proses pembelajaran, dari pengingatan informasi dasar hingga
pengembangan kemampuan metakognitif, memungkinkan siswa untuk mengendalikan dan
meningkatkan motivasi belajar mereka. Dengan mengintegrasikan ketiga teori ini,
guru dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang holistik dan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik di era globalisasi dan revolusi industri 4.0.
Posting Komentar untuk "TIGA TEORI EFEKTIF MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA DALAM MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN "